Menurut keterangan sendiri, DFKI adalah lembaga riset terbesar di
dunia dalam bidang Kecerdasan Buatan. 860 ilmuwan dari 60 negara,
antara lain dari Mesir, Brasil, Kamerun, Korea Selatan atau Vietnam
mengembangkan perangkat lunak dan keras bagi semua sektor kehidupan di
pusat penelitian ini.
Tema kecerdasan buatan memang masih menimbulkan ketakutan pada orang
awam. Ketakutan akan dominasi mesin terhadap manusia. Reinhard Karger,
jurubicara Pusat Riset Jerman bagi Kecerdasan Buatan (DFKI) kenal
kekhawatiran ini.
Ia mengatakan, sudah tentu ada periset yang menganggap mesin sebagai
manusia yang lebih baik, "tidak rakus, iri hati maupun sombong”.
Selanjutnya Karger mengatakan, ada ilmuwan DFKI yang bahkan memimpikan
untuk mengalihkan kepribadiannya ke sebuah mesin dan menganggap komputer
sebagai sebuah kunci menuju kehidupan abadi. Namun penelitian DFKI sama
sekali tidak punya kaitan dengan pemikiran semacam itu. "Kami
mengembangkan sistem-sistem yang mendukung manusia untuk mencapai
tujuannya,” ujar Karger.
Robot untuk Laut Dalam dan Jagat Raya
Misalnya, Robotics Innovation Centre DFKI di
Bremen. Ilmuwan-ilmuwan di sini merancang dan memprogram robot bagi
kondisi lingkungan ekstrem, misalnya di jagat raya atau laut dalam.
Lingkungan, di mana manusia dapat bertahan hanya dengan kesulitan sangat
besar atau sama sekali tidak dapat dan di mana secara ekonomi jauh
lebih menguntungkan untuk menggunakan sistem-sistem robot. Robot-robot
ini dapat membantu mencari cadangan bahan dasar atau melakukan
perbaikan.
Terutama teknik kelautan yang cerdas semakin menjadi penting.
Penambangan minyak bumi dan bahan dasar lainnya pada tahun-tahun
mendatang akan semakin bergeser ke arah laut dalam. Lokasi-lokasi
cadangan yang mudah diakses sudah terkuras. Cadangan baru terletak di
dasar laut yang dalamnya ribuan meter. Kondisi tekanan yang ekstrem,
gelap dan arus merupakan tantangan besar bagi para peneliti. Betapa
pentingnya sistem inovatif tercermin dalam bencana di anjungan minyak
lepas pantai Deepwater Horizon di Teluk Meksiko, ketika perusahaan
minyak BP selama berbulan-bulan tidak berhasil menutup sebuah lubang
yang bocor pada pipa pengeboran.
Periset DFKI di Bremen dapat menguji coba robot-robot untuk laut
dalam mereka langsung di tangki sendiri. Ini memungkinkan pengamatan
kondisi di bawah permukaan air. Bagi robot-robot ruang angkasa, periset
di Bremen itu juga memiliki sebuah bangsal eksplorasi, di mana dilakukan
simulasi kondisi cahaya dan daratan bulan. Frank Kirchner, pemimpin Robotics Innovation Centre
berpendapat, untuk jangka panjang jagat raya sebagai cadangan sumber
daya akan semakin penting. Karena itu orang sudah harus mempersiapkannya
dari sekarang.
Kerja Sama yang Erat dengan Industri
Robotika hanyalah salah satu dari sekian banyaknya bagian penelitian
DFKI. Di tiga kota, yaitu Bremen, Saarbrücken dan Kaiserslautern, para
ilmuwan memperdalam kemampuan bahasa asing untuk perjalanan ke luar
negeri, mempersiapkan perangkat lunak untuk penanganan otomatis rekening
dokter atau bekerja pada sistem-sistem untuk mengikuti arus perjalanan
barang-barang proyek. Saat ini ada 145 proyek yang ditangani.
Pada umumnya periset bekerja erat dengan sektor industri. Banyak dari
rencana mereka didanai oleh berbagai perusahaan. "Kami selalu melihat
jalan keluar dari masalah-masalah nyata,” ditegaskan jurubicara DFKI.
Karger menyebut hal itu sebagai "riset dasar berorientasi terapan”.
Pengeluaran DFKI untuk tahun 2010 berjumlah sekitar 36 juta Euro.
Pendanaannya dikaitkan dengan proyek. Artinya, para ilmuwan harus
mencari dana dari sponsor bagi setiap proyek baru, baik dari lembaga
publik maupun swasta.
Perusahaan Riset DFKI
Banyak inovasi DFKI membuahkan perusahaan baru dan penciptaan
lapangan kerja. Jurubicara perusahaan, Karger melaporkan bahwa sekitar
60 perusahaan telah didirikan, dan tak ada satu pun juga bangkrut karena
inovasi DFKI, tambah Karger dengan bangga.
DFKI sendiri lahir tahun 1988. Saat itu tujuannya adalah untuk
"menjaring” penelitian Jerman tentang Kecerdasan Buatan, kata Karger.
Untuk itu dipilih bentuk usaha perseroan terbatas (GmbH). Pemilik modal
terdiri dari berbagai perusahaan besar, di antaranya perusahaan teknik
dirgantara Eropa EADS Astrium, perusahaan perangkat lunak SAP atau
Deutsche Telekom. Melalui universitasnya, negara bagian Bremen, Saarland
dan Rheinland-Pfalz juga terlibat dalam DFKI.
"Kami adalah sebuah perusahaan riset publik dan privat”, kata Karger.
"Kami menyatukan yang terbaik dari dua dunia, yaitu dunia akademisi dan
ekonomi.” Periset, seperti pakar robot Frank Kirchner memberikan kuliah
di kedua universitas, di mana terdapat DFKI. Bersamaan dengan itu
banyak mahasiswa bekerja sambil kuliah atau akademisi yang meneliti
sambil menulis disertasinya di DFKI. Krager selanjutnya menegaskan, juga
karena hubungan yang erat dengan universitas, DFKI tidak harus khawatir
kekurangan periset baru. Future Now
|